-the loser-

Kebencian mengalir di dalam darahku


Seketika waktu kulihat wajahnya, begitu ingin ku menamparnya


Namun seketika itu juga yang sakit adalah hatiku


Beribu makian kutanam di dalam jiwaku


Menunggu waktu bertemu dengannya untuk mengotori wajahnya dengan makianku


Namun.... waktu itu pula jiwaku tersenyum sambil menangis


Dalam hati kuukir janji, takan kubiarkan lagi mataku memandanginya dengan kagum


Namun.. rasanya sama saja, sakit


Aku berharap dia yang sakit, bahkan lebih sakit dari aku


Namun ternyata.. bukan dia yang merasakan sakit itu


Melainkan aku


Beribu kali dia MENERTAWAKANKU, MEMBOHONGIKU, MENGHINAKU DI BELAKANG


Dan beribu kali pula DIAM-DIAM, aku.........
memberikan HATI-ku untuknya.......




(Seorang loser yang sedang belajar mencintai…..)




Secuil brownis keju manis buat semuanya....

Begitu sulitnya menerangkan rasa, sebab rasa itu absurd. Setiap orang mempunyai definisinya masing-masing, dan pandangannya masing-masing sesuai pengalaman yang membuat masing-masing orang memiliki rasa.


Membuat kalian-kalian temen-temen yang sudah bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk membaca tulisan aku ini untuk merasakan rasa yang sama seperti yang aku rasakan ketika melihat banyak perempuan mengalami kebodohan karena cinta adalah hal yang gampang tapi susah. Semisal, ‘Loh mencintai kok bisa diversuskan dengan kebodohan?’ Lah, pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab secara gamblang, melainkan butuh kehati-hatian dalam memilih kata untuk merangkai sebuah tulisan yang nantinya bisa menjadi bahan perenungan untuk kita semua. Hasil perenungan tersebut nantinya diharapkan dapat membaur bersama pengalaman hidup kita sehari-hari dan pada akhirnya dapat memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan yang singgah acak, menggeliat dan menggelisahkan di benak kita semua. Kita, aku dan kalian, entah perempuan, entah pria, yang sama-sama sedang mencari hakekat rindu, hakekat cemburu, hakekat memiliki, hakekat kesetiaan, hakekat kebodohan…. Dan hakekat cinta itu sendiri.


Tulisan yang terangkai menjadi beberapa kisah cinta asem manis pahit ini tentu saja ada bukan hanya sekedar hasil dari angan-angan keliaran pikiran aku belaka. Kisah yang 77% nyata ini terinspirasi oleh curhatan temen-temen aku yang semuanya adalah perempuan [maaf bukan bermaksud mendiskriminasi pria] dan dari hasil olah rasa akibat kebanyakan nonton film drama atau reality show di tv-tv [gak sebut merk yah :)] yang kebanyakan korban*nya adalah perempuan. Tulisan ini aku buat dari sudut pandang perempuan yang lebih banyak melibatkan rasa [seperti yang kita tahu secara umum, perempuan suka bermain dengan perasaannya dan pria suka bermain dengan logikanya]. Jadi jangan heran kalo mendapati alur dengan isi logika di belakangan, dan rasa yang didulukan.


At least… Thanks berat buat Candle Shit, Wonder Woman, Princess Punk, Soulmade-ku sekamar dulu, L, eh ketinggalan satu, si Moey yang paling gokil, para pria yang pernah membuat kami menangis beberapa malam, kehilangan gairah hidup, dan melakukan hal-hal bodoh atas nama cinta, ps: apapun yang kalian lakukan, itu menjadi sebuah pelajaran berarti buat kami, so thanks. Dan… terimakasih yang sebesar-besarnya buat temen-temen semua yang sudah bersedia mampir ke blog ini, I’ll always remain that YOU are the greatest INSPIRATION for me to write……

E-treya


Korban* = nggak semua perempuan adalah korban dan seolah selalu wanita yang menjadi korban, karena jumlah korban pria ditipu wanita juga mungkin sama banyaknya dengan jumlah wanita ditipu pria, semua tergantung dari kebijakan individu masing-masing.




Kisah pertama: MY HEART ONLY BEATs FOR YOU


Namanya Setia. Entah harus merasa beruntung atau tidak, gadis yang baru beranjak 17 tahun itu diberi nama Setia oleh ibunya sewaktu lahir. Setia berarti menakjubkan. Terutama bila dikaitkan dengan hal pernikahan. Seperti yang selalu dilakukan oleh dua mempelai saat mengucapkan janji pernikahan, setia berarti berkomitmen untuk mencintai pasangannya seumur hidup apapun yang terjadi, entah saat pasangannya dalam keadaan tidak punya duit, sakit, dipenjara, dihina dll. Yang pasti, setia berarti tidak akan pernah ada yang namanya perselingkuhan. Namun di sisi lain, setia berarti kebodohan….


Sesuai dengan namanya, dia gadis yang setia. Kesetiaan yang diatasnamakan cinta. Cinta? Dia masih terlalu muda untuk mengerti apa itu mencintai. Pelajaran yang dia dapat tentang cinta hanyalah dari drama-drama di TV yang dia lihat atau dari komik-komik serial cinta yang biasa dia baca. Dengan kata lain pola mencintai dalam benaknya ada karena pengaruh luar. Tapi itu bukanlah masalah yang sesungguhnya, karena cinta akan dimengerti oleh seseorang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman demi pengalaman seseorang itu. Yang jadi masalah baginya adalah, karena dia setia.

Pada mulanya hanya kagum. Kagum karena sosok jangkung dan tawa renyah pria itu, yang adalah tetangga kelasnya. Diam-diam Setia selalu menatapnya. Karena malu, dia tidak pernah mengungkapkan kekagumannya pada pria itu kepada siapapun. Sebuah kekaguman pun bertumbuh menjadi rindu. Rindu yang mengusik hati setiap kali dia tidak menemukan sosok pria itu di sekolah. Aneh.... padahal kenal pun tidak.


Hari-hari Setia dipenuhi dengan sosok pria itu. Dia tahu nama pria itu diam-diam, tahu hobi pria itu diam-diam, nomor absen pria itu, dan nilai-nilai ulangan pria itu yang dipampang di papan pengumuman dengan... lagi-lagi diam-diam dan disengaja. Sampai pria bernama Elang itu mulai menyadari, ada seorang gadis yang kagum berat padanya. Elang pun mulai sering mencuri-curi pandang, mencoba menguak misteri kekaguman di balik sosok gadis pemalu yang bernama Setia. Sedikit demi sedikit Elang menampakkan perhatian kepada Setia, entah dengan sebuah senyuman tipis atau dengan tatapan elangnya. Membuat rahasia cinta tumbuh bersemi seperti bunga Sakura di dalam hati Setia.


Dan waktu pun terus berlalu. Lima tahun, di mana jaringan komunikasi semakin canggih, namun tidak ada yang berubah dengan Setia dan hatinya, masih primitif dan sama sekali tidak ada komunikasi. Meski demikian, nama Elang, wajah Elang, tetap tertata indah di dalam hati Setia. Kini mereka berada di bangku perkuliahan yang terpisah, Setia tidak bisa lagi menatap pria itu sesering dulu. Selama lima tahun itu pula Setia membuktikan bahwa dia pantas diberi nama Setia. Tiga pria singgah dalam hidupnya menawarkan cinta yang tulus. Namun Setia menolaknya. Sementara teman-temannya sibuk dengan pacaran, dia tetap setia kepada kata hatinya, mencintai pria yang tak pernah dia kenal secara pribadi. Jantungnya seolah hanya berdetak untuk satu nama. Saat malam tiba Setia sering terduduk di depan meja belajarnya, menulis sebait puisi atau menata kembali hatinya yang basah oleh air mata rindu sembari berharap suatu saat Tuhan menjatuhkan satu bintang bernama....... “Elang”



to be continued..